STRATEGI PENGORGANISASIAN DAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di kelas
dilakukan, seorang guru terlebih dahulu harus menata, mengorganisasikn isi
pembelajaran yang akan diajarkan. Hal ini perlu dilakukan agar isi pembelajaran
yang diajarkan mudah dipahami siswa. Salah satu cara untuk menata dan
mengorganisasikan isi pembelajaran adalah dengan menggunakan teori elaborasi.
Penggunaan teori elaborasi untuk melakukan penataan dan pengorganisasian isi
pembelajaran di dasari atas beberapa pertimbangan :
a. Penggunaan teori elaborasi telah
terbukti dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan;
b. Dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa;
c. Teori elaborasi memiliki cara – cara
yang sistematis dalam mengurutkan isi pembelajaran dari mudah ke sulit, dari
sederhana ke kompleks;
Demikian pula
selama proses pembelajaran, guru diharapkan mampu menumbuhkan, meningkatkan,
dan mempertahankan motivasi belajar siswa. Tanpa adanya motivasi belajar siswa
yang tinggi, kiranya sulit bagi guru untuk mencapai hasil pembelajaran yang
optimal. Oleh karena itu, guru harus mampu menerapkan strategi motivasional
dalam tindak pembelajarannya. Pada dasarnya banyak strategi motivasional yang
dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, namun salah satu
strategimotivasional yan dianggap baik dan memiliki pijakan teoretis dan
empiris yang sudah teruji adalah strategi motivasional ARCS.
Strategi
Pengelolaan Motivasional ARCS yang dikembangkan oleh keller (1983;1987)
mengajukan empat jenis strategi pengelolaan motivasional yang disebut ARCS.
Alasan pemilihan strategi ARCS untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa karena :
a. Strategi ARCS telah terbukti
keunggulannya dalam meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran (Keller
& Suzuki, 1988),
b. Selama ini berbagai strategi
pembelajaran hanya berfokus pada strategi pengorganisasian dan strategi
penyampaian saja, dan tidak / kurang terkait dengan motivasi belajar sehingga
jika motivasi belajar siswa rendah maka strategi pembelajaran tersebut tidak
mampu meningkatkan hasil belajar secara maksimal; masalah tersebut hanya dapat
diatasi dengan strategi motivasional ARCS, dan
c. Menurut Visser dan Keller (1990),
penerapan strategi ARCS dalam beberapa mata pelajaran terbukti mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa secara signifikan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Hal apa saja yang dibahas di dalam teori
Elaborasi ?
1.2.2 Apa sajakah yang dibahas dalam strategi
Pengelolaan Motivasional ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui hal – hal yang harus
dipelajari dalam teori Elaborasi.
1.3.2
Mengetahui
hal – hal yang dibahas dalam strategi pengelolaan motivasional.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Teori Elaborasi
Strategi atau
teori elaborasi dikategorikan sebagai strategi pengorganisasian isi
pembelajaran tingkat makro. Teori Elaborasi mendiskripsikan cara – cara
pengorganisasian isi pembelajaran dengan mengikuti urutan umum ke rinci.
Pengurutan isi pembelajaran dari yang bersifat umum ke rinci dilakukan dengan :
a. Langkah pertama dimulai dengan
menampilkan epitome (struktur isi bidang studi yang dipelajari),
b. Langkah selanjutnya mengelaborasi bagian
– bagian yang ada epitome secara lebih rinci
1. Komponen Teori Elaborasi
Dalam melakukan
pengorganisasian isi pembelajaran harus memperhatikan komponen – komponen yang
dijadikan dasar teori elaborasi.Pada dasarnya terdapat tujuh komponen strategi
yang diintregasikan dalam teori elaborasi, (Reigeluth,1983 & Degeng,1989)
yaitu sebagai berikut :
a. Urutan elaboratif,
b. Urutan prasyarat belajar,
c. Rangkuman,
d. Sintesis,
e. Analogi,
f. Pengaktif strategi kognitif, dan
g. Kontrol belajar.
a. Urutan Elaboratif
Yang dimaksud
dengan urutan elaboratif adalah urutan isi pembelajaran dari yang bersifat
sederhana ke kompleks atau dari yang bersifat umum ke rinci. Dalam membuat /
melakukan urutan elaborative, harus memperhatikandua hal pokok, yaitu :
1. Penyajian isi bidang studi pada tingkat
umum mengepitomasi (bukan merangkum) bagian isi yang lebih rinci, dan
2. Epitomasi dibuat atas dasar satu tipe
struktur isi bidang studi.
Dalam teori
elaborasi epitome dapat dipadankan dengan “kerangka isi”,yang hanya mencakup
sebagian kecil isi bidang studi yang amat penting. Dalam epitome sebaiknya
hanya terdapat satu tipe isi bidang studi : konsep, prosedur, atau prinsip.
b. Urutan Prasyarat Belajar
Urutan prasyarat belajar adalah struktur yang
menunjukkan konsep, prosedur, atau prinsip mana yang harus dipelajari sebelum
konsep, prosedur, atau prinsip lain bisa dipelajari. Dengan kata lain, urutan
prasyarat belajar menampilkan hubungan prasyarat belajar untuk suatu konsep,
prosedur, atau prinsip. Urutan prasyarat belajar yang dimaksud disini sepadan
denagn struktur belajar atau hierarki belajar yang dikemukakan oleh Gagne
(1985).
c. Rangkuman
Rangkuman adalah
tinjauan kemballi (review) terhadap apa yang telah dipelajari. Rangkuman dibuat
karena sangat penting untuk mempertahankan retensi (daya ingat). Demikian pula
rangkuman berfungsi untuk memberikan pernyataan singkat mengenai isi bidang
studi yang telah dipelajari siswa.
Dalam
teori elaborasi rangkuman diklasifikasikan menjadi 2, yaitu rangkuman internal
dan eksternal. Rangkuman internal (internal summarizer) diberikan pada setiap
akhir suatu pelajar dan hanya merangkum isi bidang studi yang baru diajarkan.
Rangkuman eksternal
(within-set summarizer) diberikan setelah beberapa kali pelajaran, yang
merangkum semua isi yang telah dipelajari dalam beberapa kali pelajaran itu.
d. Pesintesis
Pesintesis berfungsi untuk menunjukkan kaitan –
kaitan diantara konsep, prosedur, atau prinsip yang diajarkan. Pesintesis
sangat penting karena akan menunjukkan sejumlah keterkaitan/hubungan diantara
konsep, prosedur, dan prinsip sehingga dapat memudahkan pemahaman tentang suatu
konsep, kebermaknaan dengan jalan menunjukkan konteks suatu konsep, prosedur,
atau prinsip pada bagian isi yang lebih luas (Ausubel, 1968), sekaligus juga
dapat memberi pengaruh motivasional pada siswa (Keller, 1983). Dengan cara
membuat kaitan – kaitan diantara pengetahuan yang baru dengan yang lama, yang
telah demikian oleh siswa, pensintesis juga berpeluang untuk meningkatkan retensi
(Degeng,1989).
e. Analogi
Analogi dibuat untuk dapat memudahkan pemahaman
terhadap pengetahuan yang baru, dengan cara membandingkannya dengan pengetahuan
yang sudah di kenal oleh siswa (Reigeluth, 1983). Analogi menggambarkan
persamaan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan lain yang berbeda di
luar cakupan pengetahuan yang sedang di pelajari. Di samping itu, analogi dapat
dipakai untuk memperjelas suatu konsep, prosedur, prinsip, atau teori sehingga
mudah dipahami siswa.
f. Pengaktifan Strategi Kognitif
Strategi
Kognitif adalah ketrampilan yang diperlukan siswa untuk mengatur proses
internalnya ketika belajar, mengingat dan berpikir. Strategi kognitif hendaknya
diaktifkan selama pembelajaran berlangsung. Pembelajaran akan menjadi lebih
efektif apabila guru mampu mendorong siswa, baik secara sadar ataupun tidak,
untuk menggunakan strategi kognitif yang sesuai. Rigney (1978) mengemukakan dua
cara untuk mengaktifkan strategi kognitif, yaitu sebagai berikut :
1. Dengan merancang pembelajaran sedemikian
rupa, sehingga siswa dipaksa untuk menggunakannya. Cara ini disebut dengan
embedded strategy. Dalam pelaksanaannya, sering kali siswa menggunakannya
secara tidak sadar. Embedded strategy activator bisa berupa gambar, diagram,
mnemonic, analogi, dan parafrase. Pertanyaan – pertanyaan penuntun
(adjunct_questions) juga dapat dipakai untuk memenuhi maksud ini, yaitu sebagai
embedded strategy activator (Degeng, 1989).
2. Dengan menyuruh siswa menggunakannya.
Cara ini disebut dengan embedded strategy. Cara ini tepat dipakai apabila siswa
sudah pernah belajar bagaimana menggunakan strategi kognitif ini. Contohnya,
“sekarang buatlah diagram untuk menunjukkan proses yang baru saja diajarkan !”,
atau “pikirkan sebuah analogi untuk memperjelas ide yang baru saja
dibicarakan”. (Degeng, 1989)
g. Kontrol Belajar
Menurut Merrill
(1979), konsepsi mengenai control belajar terkait dengan kebebasan siswa dalam
melakukan pilihan dan pengurutan terhadap isi yang dipelajari (content
control), kecepatan belajar (pace control), komponen strategi pembelajaran yang
ingin digunakan (display control), dan strategi kognitif yang ingin digunakan
(conscious cognition control).
2
Model
Elaborasi
Teori Elaborasi
dilandasi atas beberapa prinsip yang menjadi dasar dalam melakukan
pengorganisasian isi pembelajaran. Menurut Degeng (1989), ada tujuan prinsip
yang menjadi modal teori elaborasi, yaitu :
a. Penyajian kerangka isi,
b. Elaborasi secara bertahap,
c. Bagian terpenting disajikan pertama kali,
d. Cakupan optimasi elaborasi,
e. Penyajian pensintesis secara bertahap,
f. Penyajian jenis pensintesis, dan
g. Tahapan pemberian rangkuman.
Secara umum
prinsip – prinsip yang mendasari modal elaborasi adalah sebagai berikut (Degeng,
1989) ;
a. Prinsip pertama adalah penyajian
kerangka isi (epitome). Dalam teori elaborasi, penyajian kerangka isi
ditempatkan pada fase yang paling awal dari keseluruhan proses pembelajaran.
b. Prinsip kedua adalah berkaitan dengan
tahap dalam melakukan elaborasi isi pembelajaran. Elaborasi tahap pertama akan
mengelaborasi bagian – bagian yang tercakup dalam kerangka isi ; elaborasi
tahap ke dua akan mengelaborasi bagian – bagian yang tercakup dalam elaborasi
tahap pertama, dan begitu seterusnya.
c. Prinsip ketiga adalah berkaitan dengan
penekanan bahwa bagian yang terpentinglah yang harus di sajikan pertama kali.
Guna menentukan penting atau tidaknya suatu bagian ditentukan oleh sumbangannya
untuk memahami keseluruhan isi bidang studi.
d. Prinsip keempat berkaitan dengan tingkat
kedalaman dan keluasan elaborasi. Setiap elaborasi hendaknya dilakukan cukup
singkat agar konstruk (fakta, konsep, prinsip, atau prosedur) dapat deterima
dengan baik oleh siswa. Namun demikian, elaborasi juga perlu dilakukan dengan
cukup panjang. Agar tingkat kedalaman dan keluasan elaborasi memadai.
e. Prinsip kelima berhubungan dengan
penyajian pensintesis. Penyajian pensintesis dilakukan secara bertahap,yaitu
setelah setiap kali melakukan elaborasi, secara khusus dimaksudkan untuk menunjukkan
hubungan diantara konstruk – konstruk yang lebih rinci yang baru diajarkan, dan
untuk konteks elaborasi dalam epitome.
f. Prinsip keenam berhubungan dengan
penyajian jenis pensintesis. Pensintesis yang fungsinya sebagai pengait satuan
– satuan konsep, prosedur, atau prinsip hendaknya disesuaikan dengan tipe isi
bidang studi.
g. Prinsip ketujuh pemberian rangkuman.
Rangkuman yang dimaksud untuk mengadakan tinjauan ulang mengenai isi bidang
studi yang sudah dipelajari, dan hendaknya diberikan sebelum penyajian
pensintesi.
3. Langkah – Langkah Pengorganisasian Teori
Elaborasi
Disamping prinsip – prinsip seperti
dijelaskan diatas, dalam melakukan pengorganisasian pembelajaran teori
elaborasi juga harus dilakukan dengan langkah – langkah yang sistem. Menurut
Degeng (1989), langkah – langkah pengorganisasian pembelajaran dengan
menggunakan model elaborasi adalah sebagai berikut.
a. Penyajian kerangka isi. Pembelajaran
dimulai dengan menyajikan kerangka isi : struktur yang memuat bagian – bagian
yang paling penting dari bidang studi.
b. Elaborasi tahap pertama. Elaborasi tahap
pertama, adalah mengelaborasi tiap – tiap bagian yang ada dalam kerangka isi,
mulai dari bagian yang terpenting. Elaborasi tiap – tiap bagian diakhiri dengan
rangkuman dan pensintesis yang hanya menyangkut konstruk – konstruk yang baru
saja diajarkan (Pensintesis Internal).
c. Pemberian rangkuman dan sintesis
eksternal. Pada akhir elaborasi tahap pertama, diberikan rangkuman dan diikuti
dengan pensintesis eksternal. Rangkuman berisi pengertian – pengertian singkat,
mengenai konstruk – konstruk yang diajarkan dalam elaborasi, dan pensintesis
eksternal menunjukkan (a) hubungan penting yang ada antar bagian yang telah di
elaborasi, dan (b) hubungan antara bagian – bagian yang telah dielaborasi
dengan kerangka isi.
d. Elaborasi taha ke dua. Setelah elaborasi
tahap pertama berakhir dan di integrasikan dengan kerangka isi, pembelajaran
diteruskan ke elaborasi tahap kedua-yang mengelaborasi bagian pada elaborasi
tahap pertama-dengan maksud membawa siswa pada tingkat kedalaman sebagaimana
ditetapkan dalam tujuan pembelajaran. Seperti halnya elaborasi tahap pertama,
setiap elaborasi tahap kedua disertai rangkuman dan pensintesis internal.
e. Pemberian rangkuman sintesis eksternal.
Pada akhir elaborasi tahap kedua,diberikan rangkuman dan sistem eksternal,
seperti pada elaborasi tahap pertama.
f. Setelah semua elaborasi tahap kedua
disajikan, disintesiskan, dan diintegrasikan ke dalam kerangka isi, pola
seperti ini akan berulang kembali untuk elaborasi tahap ketiga, dan seterusnya,
sesuai dengan tingkat kedalaman yang ditetapkan oleh tujuan pembelajaran.
g. Pada tahap akhir pembelajaran, disajikan
kembali kerangka isi untuk mensintesiskan keseluruhan isi bidang studi yang
telah diajarkan.
4. Hasil Penelitian
Penelitian tentang efektifitas dan
efisiensi teori elaborasi, telah banyak dilakukan dalam berbagai jenjang
pendidikan dan berbagai tipe bidang studi. Secara umum hasil penelitian
menyimpulkan bahwa penerapan teori elaborasi dalam pembelajaran dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran. Penelitian Wena,dkk (2000) dengan judul pengembangan
modul pembelajaran dengan strategi elaborasi pada mata kuliah konstruksi
bangunan, dan menggambar I pada Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan menyimpulkan
bahwa :
a. Modul pembelajaran bidang studi bangunan
dan menggambar I yang didesain dengan pendekatan teori elaborasi secara
signifikan dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran, dan
b. Kelompok mahasiswa yang diajarkan dengan
sistem modul yang dirancang dengan teori elaborasi memiliki hasil belajar yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang diajar dengan sistem
modul yang tidak dirancang dengan teori elaborasi.
Pada
pihak lain, penelitian Boedhi Rahardjo, Pranoto, dan Wena (2006) dengan judul Pembelajaran Teknologi Perkerasan Jalan
Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pendidikan Teknik
Bangunan menyimpulkan sebagai berikut.
a.
Berdasarkan
uji kelompok kecil ternyata rata-rata skor hasil belajar mahasiswa yang diajar
dengan strategi pembelajaran berbasis komputer yang dirancang dengan teori
elaborasi adalah 7,76 lebih tinggi dari mahasiswa yang diajar dengan strategi
pembelajran konvensional yaitu 6,58. Demikian pula berdasarkan uji kelompok
kecil ternyata rata-rata skor retensi mahasiswa yang diajar dengan strategi
pembelajran berbasis komputer yang dirancang dengan teori elaborasi adalah 7,66
lebih tinggi dari mahasiswa yang diajar dengan strategi pembelajaran
konvensional yaitu 6,41.
b.
Terdapat
perbedaan hasil belajar Teknologi Perkerasan Jalan antara mahasiswa yang
belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis komputer yang
dirancang dengan teori elaborasi dan yang belajar dengan strategi konvensional,
dengan nilai thitung = -8,589, pada taraf
signifikansi 0,000.
c. Terdapat perbedaan retensi belajar
Teknologi Perkerasan Jalan antara mahasiswa yang belajar dengan menggunakan
pembelajaran berbasis komputer yang dirancang dengan teori elaborasi dan yang
belajar menggunakan strategi konvensional, dengan nilai thitung =
-8,966, pada traf signifikansi 0,000.
II. Strategi Pengelolaan Motivasional
Menurut
Martin dan Briggs (1986), motivasi adalah kondisi internal dan eksternal yang
memengaruhi bangkitnya arah serta tetap berlangsungnya suatu kegiatan atau
tingkah laku. Good dan Brophy (1991) mendenifisikan motivasi sebagai suatu
energi penggerak, pengarah, dan memperkuat tingkah laku, sedangkan Gagne (1985)
mendenifisikan motivasi sebagai sesuatu pengarah dan memperkuat intensitas
suatu tingkah laku.
Keller
(1983) mendefinisikan sebagai intensitas dan arah suatu perilaku serta
berkaitan dengan pilihan yang dibuat seseorang untuk yang mengerjakan atau
menghindari suatu tugas serta menunjukkan tingkat usaha yang dilakukannya.
Mengingat usaha merupakan indikator langsung dari motivasi belajar, maka secara
operasional motivasi belajar ditentukan oleh indikator-indikator sebagai
berikut :
a. Tingkat perhatian siswa terhadap
pembelajaran
b. Tingkat relevansi pembelajaran dengan
kebutuhan siswa
c.
Tingkat
keyakinan siswa terhadap kemampuannya dalam mengenakan tugas-tugas pembelajaran
d.
Tingkat
kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan
Ditinjau dari tipe motivasi, para ahli
membagi motivasi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut :
a.
Motivasi Intrinsik, yaitu
keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri individu.
Dalam proses belajar mengajar siswa yang termotivasi secara intriksik dapat
dilihat dari kegiatan yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena
karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya.
b.
Motivasi ekstrinsik yaitu
motivasi yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan dari luar. Motivasi
ekstrinsik bukan merupakan keinginan yang sebenarnya yang ada didalam diri
siswa untuk belajar individumelakukan kegiatan adalah mencapai tujuan yang
terletak di luar aktivitas belajar itu sendiri, atau tujuan itu tidak terlibat
didalam aktivitas belajar.
1. Komponen Strategi Pengelolaan
Motivasional
Strategi
pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu (1) strategi pengorganisasian (organization
strategy), (2) strategi penyampaian (delivery strategy), dan strategi
pengelolaan (management strategy) (Degeng, 1989). Strategi pengorganisasian
berkaitan dengan kegiatan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan
diagram dan sejenisnya, strategi penyampaian berkaitan dengan cara penyampaian
cara pembelajaran pada siswa, strategi pengelolaan berkaitan dengan penataan
interaksi antara siswa dan variabel strategi pengorganisasian dengan penataan interaksi
antara siswa dan variabel strategi pengorganisasian serta strategi penyampaian.
Reigeluth
dan Merill (1979) mengklasifikasikan strategi pengelolaan motivasional menjadi
tiga, yaitu :
a. Penjadwalan penggunaan strategi
pembelajaran, yaitu berkaitan dengan kapan dan berapa kali suatu strategi
pembelajaran atau komponen suatu strategi pembelajaran digunakan dalam suatu
pembelajaran
b. Pembutan catatan kemajuan belajar, yaitu
berkaitan dengan kapan dan berapa kali penelitian hasil belajar dilakukan serta
bagaimana prosedur penilaiannya
c. Pengelolaan motivasional, yaitu berkaitan
dengan cara-cara yang dipakai meningkatkan motivasi belajar siswa
2. Menarik dan Mempertahankan Perhatian
Siswa Selama Pembelajaran
Secara
garis besar ada tiga jenis strategi untuk membangkitkan dan mempertahankan
perhatian siswa dalam pembelajaran, yaitu :
a.
Membangkitkan
daya persepsi siswa
Guna
membangkitkan daya persepsi siswa dan mempertahankan perhatian dalam
pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan sesuatu yang baru,
mengherankan, tidak pantas atau peristiwa-peristiwa yang tidak menentu dalam
hal pembelajaran dapat silakukan dengan cara berikut.
a)
Menggunakan
efek audio visual, yaitu dengan menggunakan animasi, cahaya (flash) kemampuan
suara dan audio visual.
b)
Menggunakan
visual atau kontens yang tidak biasa
c)
Menghindari
dari gangguan, dengan jalan yang dapat menghindari hal-hal yang dapat
mengalihkan perhatian.
b. Menumbuhkan hasrat ingin meneliti
Guna
merangsang perilaku agar tumbuh hasrat ingin mencari informasi / meneliti
dengan mengajukan pertanyaan atau masalah yang memerlukan pemecahan dapat
dilakukan dengan cara berikut
a)
Aktif
merespons yaitu merangsang minat siswa dengan menggunakan interaksi
pertanyaan-respons-umpan balik, yang mempersyaratkan berpikir aktif.
b)
Menciptakan
masalah, yaitu memberi kesempatan siswa untuk memecahkan masalah.
c)
Mencipatakan
misteri, yaitu mencipatakan situasi pemecahan masalah dalam konteks yang
membutuhkan eksplorasi dan daya pengungkapan rahasia pengetahuan.
c.
Menggunakan
strategi pembelajaran yang bervariatif
Keller
(1987) mengungkapkan , variasi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan jalan
memvariasikan format tulisan dalam teks, menyajikan gambar-gambar yang
bervariasi, warna-warna yang beraneka ragam, dan sebagainya. Agar siswa
memperhatikan berbagai macam elemen-elemen yang digunakan dalam pembelajaran
dapat dilakukan dengan cara berikut.
a)
Meringkas
bagian pembelajaran, yaitu denganmembuat bagian-bagian pembelajaran relatif
pendek dan menggunakannya secara efektif dalam bahan ajar / buku dan
sebagainya.
b)
Menciptakan
respons yang saling memengaruhi dalam pembelajaran dengan menyajikan informasi
yang beraneka ragam secara interaktif.
c)
Mengintegrasikan
media yang fungsional, yaitu menggunakan media secara fungsional dan seimbang
sebagai bagian dari pembelajaran.
3. Mengaitkan Pembelajaran dengan Kebutuhan
Siswa
Pada
dasarnya ada tiga jenis strategi guna meningkatkan relevansi isi pembelajaran
dengan kebutuhan siswa, yaitu :
a. Menumbuhkan Keakraban dan Kebiasaan yang
Baik
Minstrell
(1989) untuk meningkatkan pemahaman pada diri siswa, guru harus mampu
mengaitkan pengalaman keseharian siswa atau konsep-konsep yang telah ada dalam
benak siswa dengan isi pembelajaran yang akan dibahas.
Secara
operasional penggunaan bahasa yang kronkret, dan penggunaan contoh
dan konsep yang berkaitan dengan penglaman dan nilai kehidupan siswa dapat
dilakukan dengan cara berikut.
a)
Menggunakan
bahasa dan gambar yang menarik, yaitu dengan menggunakan dengan ungkapan-ungkapan
yang biasa dikenal siswa, dan menggunakan ilustrasi-ilustrasi yang sesuai
b)
Menggunakan
ilustrasi untuk mengkonkretkan, yaitu dengan menggunakan ilustrasi gambar untuk
mengkonkretkan sesuatu konsep yang abstrak/tidak biasa untuk siswa
c)
Menggunakan
contoh dan konteks yang familiar pada isi pembelajaran dan lingkungn sekitar
yang sudah dikenal siswa.
b. Menyajikan Isi Pembelajaran yang
Berorientasi pada Tujuan
Berliner
(1982) jika guru menjelaskan dengan tugas-tugas dan manfaat apa yang diperoleh
dari tugas-tugas tersebut, maka penampilan kegiatan belajar siswa akan lebih
bergairah jika dibandingkan dengan kelompok siswa tanpa diberi penjelasan
tentang tugas yang diberikan.
Secara
operasional penyajian pernyataan atau contoh-contoh yang sesuai dengan tujuan
dan kegunaan pembelajaran dapat dilakukan dengan cara berikut.
a) Menggunakan suatu pernyataan tujuan yang
jelas serta penting dan berguna.
b) Menggunakan tujuan yang berorientasi pada
permainan/simulasi, dan fantasi untuk memberikan rasa pemahaman pada tujuan
c) Memberi kesempatan pada siswa untuk
memilih tipe tujuan yang berbeda sesuai dengan strategi dan hasil.
c. Menggunakan Strategi Pembelajaran yang
Sesuai
Guru
harus memahami profil/karakteristik siswa, seperti tingkat perkembangan siswa,
gaya kognitifnya, kebiasaan belajarnya, dan sebagainya. Dengan begitu guru akan
lebih mudahmenyesuaikan strategi yang yang digunakan dengan profil siswa.
Secara
operasional penggunaan strategi mengajar yang sesuai dengan
profil/karakteristik siswa dapat dilakukan dengan cara berikut.
a) Memberi kesempatan pada siswa memilih
tujuan-tujuan yang beraneka ragam, yang sesuai dengan tingkat kesulitan,guna
merangsang kebutuhan untuk berprestasi
b) Menggunakan sistem skorsing dan sistem
umpan balik terhadap unjuk kerja siswa
c) Menyajikan pilihan-pilihan yang
memungkinkan siswa bekerja bersama teman lainnya.
4. Menumbuhkan Rasa Yakin Diri Siswa
a. Menyajikan Prasyrat belajar
Guna
menumbuhkan keyakinan pada diri siswa dapat dilakukan dengan membantu siswa
memperkirakan atau mengukur kemampuannyauntuk mencapai kesuksesan.
Secara
operasional membantu siswa memperkirakan / mengukur kemungkinan suksesnya,
menyajikan persyaratan untuk kerja, dan kriteria evaluasi dapat dilakukan
dengan cara berikut
a)
Merancang
secara jelas dan mudah dipahami struktur isi dan tujuan pembelajaran
b)
Menjelaskan
kriteria evaluatif dan memberikan kesempatan untuk latihan dengan umpan balik
c)
Menjelaskan
prasyarat-prasyarat pengetahuan, keterampilan dan sikap yang membantu dalam
mengerjakan tugas
b. Memberikan Kesempatan untuk Sukses
Menumbuhkan
harapan siswa untuk sukses merupakan salah satu syarat dalam membangkitkan
keyakinan pada diri siswa terhadap tugas-tugas pembelajaran. Dengan menyajikan
tingkat tantangan yang memungkinkan siswa mendapat penglaman sukses yang
bermakna dibawah kondisi dan untuk kerja tertentu.
Penyajian
tingkat tantangan memungkinkan siswa mendapat pengalaman sukses dengann cara
berikut.
a)
Membuat
isi pembelajaran yang bersifat mudah ke sukar
b)
Membuat
pembelajaran yang sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan siswa
c)
Memasukkan
peristiwa yangbersifat random selama proses pembelajaran
c. Memberikan Kesempatan Melakukan kontrol
Pribadi
Untuk
menumbuhkan keyakinan diri pada siswa dilakukan dengan menyajikan umpan balik
dan kesempatan untuk mengendalikan atau mengatur kemampuan akan kesuksesannya.
Umpan
balik yang dilakukan dapat menggunakan kata-kata atau frasa yang dapat membantu
kemampuan dan usaha untuk melakukan atribusi atas kesuksesan yang telah
dilakukannya.
BAB III
RANGKUMAN / KESIMPULAN
Teori
elaborasi memprediksikan cara-cara pengorganisasianisi pembelajaran dengan umum
ke rinci. Pengurutan isi pembelajaran dari yang bersifat umum ke rinci,
dilakukan dengan (1) menampilkan epitome
(struktur bidang studi yang dipelajari), dan (2) mengelaborasi bagian-bagian
yang ada dalam epitome secara lebih
rinci. Menurut Reigeluth dan Stein,
1983, Degeng, 1989) ada 7 komponen teori elaborasi yaitu (1) urutan elaborasi,
(2) urutan prasyarat belajar, (3) rangkuman, (4) sintesis, (5) analogi, (6)
pengaktifan strategi kognitif, (7) kontrol belajar.
Keller (1983: 1987) mengajukan empat
jenis strategi pengelolaan motivasional, yaitu (1) strategi pengelolaan
motivasional untuk membangkitkan dan mempertahankan perhatian, (2) strategi
pengelolaan motivasional untuk menciptakan relevansi terhadap isi pembelajaran,
(3) strategi pengelolaan motivasional untuk menumbuhkan keyakinan diri pada
siswa, (4) strategi pengelolaan motivasional untuk menumbuhkan rasa puas pada
siswa terhadap pembelajaran.
BAB
IV
DAFTAR
PUSTAKA
·
Wena,Made.2013.Stategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer.Bumi
Aksara.Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar