Selasa, 24 Desember 2013

Iman Kepada Allah SWT

IMAN KEPADA ALLAH
BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang 

ISLAM (Arab:”berserah diri kepada Tuhan”) adalah agama yang mengimani satu tuhan,yaitu Allah.Agama ini termasuk agama samawi(agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari langit) dan termasuk dalam golongan agama ibrahim.Dengan lebih dari satu seperempatmilyar orang pengikut di seluruh dunia,menjadikan islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen.Islam memiliki arti “penyerahan”,atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan(Allah). Pengikut ajaran islam dikenal dengansebutan muslim yang berarti “seorang yang tunduk kepada Tuhan”,atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya,dan menyakini dengan sungguh sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah. 

2.      Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian iman kepada Allah ?
b.      Apa wujud bagi Allah ?
c.       Apa Tauhidullah ?
d.      Apa makna kalimat “LA ILAHA ILLALLAH” ?
e.       Bagaiman cara beriman kepada Allah ?
f.       Apa saja sifat-sifat Allah ?
g.      Apa manfaat dan fungsi beriman kepada Allah ?

3.      Tujuan
a.       Memahami iman kepada Allah
b.      Memahami wujud bagi Allah
c.       Memahami Tauhidullah
d.      Memahami kalimat “LA ILAHA ILLALLAH”
e.       Memahami cara beriman kepada Allah
f.       Memahami sifat-sifat Allah
g.      Memahami manfaat dan fungsi beriman kepada Allah

BAB II
PEMBAHASAN

1.      IMAN KEPADA ALLAH SWT
Secara kebahasaan, kata Allah sangat mungkin bersala dari kata al-Ilãh. Kata itu mungkin pula berasal dari Aramea, Alaha yang artinya Allah. Kata Ilãh (Tuhan yang disembah) dipakai untuk semua yang dianggap sebagai Tuhan atau Yang Maha Kuasa. Dengan penamabahan huruf alif lam didepannys sebagai kata sandang tertentu, maka kata Allah dari kata al-Ilah dimaksudkan sebagai nama Zat Yang Maha Kuasa, dan Pencipta Alam Semesta. Kata Allah adalah satu-satunya ism ‘alam atau kata yang menunjukkan nama yang sipakai bagi Zat Yang Maha Suci. Nama-nama lain sekaligus mengacu pada sifat-sifat-Nya jika menunjukkan kealamanan Zat Allah, seperti al-‘Aziz atau Yang Maha Perkasa, artinya Allah mempunyai sifat perkasa .
Mengenal Allah merupakan pilar utama dalam semua ajaran Islam. Tanpa pengetahuan tersebut,
setiap perbuatan dalam Islam tidak punya nilai hakiki sama sekali. Adapun pokok pangkal agama adalah makrifat tentang Allah. Namun tidak akans empurna makrifat tentang-Nya kecuali dengan pembenaran terhadap-Nya. Tidak sempurna pembenaran tampa tauhid dan keiklasan kepada-Nya, tidak sempurna pembenaran tanpa keiklasan, tidak sempurna keiklasan tanpa penafian segala sifat dari-Nya. Karena setiap “sifat” berlainan dengan “yang disifatkan” dan setiap “yang disifatkan” bukan persamaan dari “sifat yang Menyertainya.” Suatu kepercayaan hanya bisa diyakinkan kebenarannya jika tidak bertentangan dengan akal pikiran. Walau akal manusia tidak dapat mengetahui semua rahasia disekitar roh dan ketuhanan, namun bagian-bagian yang dapat dipahami dari ciptaan Tuhan haruslah tidak bertentangan dengan hukum akal

2.      WUJUD ALLAH SWT
Wujud (ada)-nya Allah SWT adalah  sesuatu  yang  badihiyah. Allah SWT adalah adalah asma Tuhan yang berhak disembah. Selain Allah, tidak ada Tuhan yang patut disembah. Allah menciptakan manusia dengan fitrah bertuhan. Beriman kepada Allah adalah dasar pokok ajaran islam. Segala persoalan dalam ajaran islam dapat dipecahkan dengan kunci iman kepada Allah.
Untuk membuktikan adanya Allah, Al-Qur’an menempuh berbagai jalan sebagai berikut:
a.       Al-Qur’an mengetuk hati nurani manusia, untuk merasakan benar-benar bahwa keyakinan adanya Allah adalah pembawaan fitrahnya. Tetapi pembawaan fitrah itu sering kali terdesak oleh berbagai macam faktor. Faktor luar yaitu manusia akan lari dan menentang fitrahnya sendiri. Tetapi apabila diahadapkan kepada sesuatu yang tidak disenagi dan sudah berputus asa, maka secara spontan fitrahnya akan kembali muncul. Allah SWT berfirman dalam Q.S Yunus 10:12 yang artinya :
“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo’a kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari padanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdo’a kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya.begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (Q.S Yunus 10:12)
b.      Al-Qur’an juga menempuh jalan lain , yaitu dengan menggugah akal pikiran manusia agar mau memikirkan kejadian dirinya dan alam sekitarnya. Bukti proses penciptaan manusia, Q.S Al-Mu’min (40) : 67 mengajarkan:
“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).

3.      TAUHIDULLAH SWT
Keeassan Allah atau Tauhid merupakan konsep revolusioner yang merupakan inti ajaranagama islam. Untuk memperkokoh ajaran tauhid, Al-Qur’an menggugah akal manusia memikirkan apa yang terjadi bila Tuhan lebih dari satu. Q.S Al-Anbiya (21):22 menyatakan:
Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.
Secara sederhana Tauhid dibagi menjadi tiga tingkatan atau tahapan yaitu:
a)      Tauhid Rububiyah yaitu secara etimologis kata “Rabb” mempunyai banyak arti, antara lain menumbuhkan, mengemangkan, mendidik, memelihara, memperbaiki, menanggung, mengumpulkan, mempersiapkan dll. Q.S Al-Baqarah 2:21:
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,
b)      Tauhid Mulkiyah yaitu kata Malik yang berarti raja dan Malik yang berarti memiliki berakar dari akar kata yang sama yaitu ma-la-ka. Q.S Al-Baqarah 2:107:
Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong.
c)      Tauhid Ilahiyah yaitu kata Ilah berakar dari kata a-la-ha yang mempunyai arti antara lain tenteram, tenang, lindungan, cinta dan sembah (‘abada). Q.S A-Nahl 16:36:
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826] itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

4.      MAKNA “LA ILAHA ILLALLAH”
                        Kata “Ilah” mempunyai pengertian yang sangat luas, mencakup pengertian Rububiyah dan Mulkiyah, maka kata inilah yang dipilih Allah SWT untuk kalimat thayyibah yaitu: La Ilahaillallah. Iqrar La Ilaha Illahllah bersifat komprehensif, mencakup pengertian yaitu:
a.       La Khaliqa Illallah (Tidak Ada Yang Maha Mencipta kecuali Allah).
b.      La Raziqa Illallah (Tidak Ada Yang Maha Memberi Rezeki kecuali Allah).
c.       La Hafiza Illallah (Tidak Ada Yang Maha Memelihara kecuali Allah).
d.      La Mudabbira Illallah (Tidak Ada Yang Maha Mengelola kecuali Allah).
e.       La Malika Illallah (Tidak Ada Yang Maha Memiliki kecuali Allah, Tidak Ada Yang Maha Memiliki Kerajaan Kecuali Allah).
f.       La Waliya Illallah (Tidak Ada Yang Maha Memimpin kecuali Allah).
g.      La Hakima Illallah (Tidak Ada Yang Maha Menentukan Aturan kecuali Allah).
h.      La Ghayata Illallah (Tidak Ada Yang Maha Menjadi Tujuan kecuali Allah).
i.        La Ma’buda Illallah (Tidak Ada Yang Maha Disembah kecuali Allah)

5.      CARA BERIMAN KEPADA ALLAH SWT
1. Secara ijmali = percaya adanya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan menjaga alam semesta 
2. Secara tafshii = percaya adanya Allah secara rinci dengan mengetahui sifat sifat, nama-nama, yang indah dalam asmaul husna. Hukum beriman kepada Allah adalah fardhu ‘ain. Jika ada yang mengaku islam tapi tidak percaya kepada Allah maka orang tersebut dianggap murtad. 
Iman kepada Allah SWT merupakan yang pertama dan yang utama dari rukun iman, seperti sabda Rasululluh: “Iman itu ialah engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan kepada qadha dan qadar.” (HR. Muslim)
Iman yang sempurna adalah apabila telah mengucapkan dengan lisan, dibenarkan dengan hati dan dibuktikan dengan perbuatan.
Barang siapa yang ingkar kepada Allah, sesungguhnya ia termasuk orang yang sesat.

6.       SIFAT-SIFAT ALLAH
Ø Sifat-sifat yang baik bagi Allah.
a.       Pengertiannya Sifat Wajib
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Zat Allah sebagai kesempurnaan baginya. Allah adalah Khaliq zat yang memiliki sifat yang tidak mungkin sama dengan sifat yang dimiliki oleh mahluknya. Zat Allah tidak bisa dibayangkan bagaimana bentuknya, rupa dan ciri-cirinya begitu juga sifat-sifatnya. Tidak bisa disamakan dengan sifat-sifat mahluk. Sifat-sifat wajib bagi Allah itu diyakini melalui akal (wajib ‘Aqli) dan berdasarkan dalil naqli (Al-Quran dan Hadist).
b.      Pembagian sifat-sifat wajib bagi Allah
Menurut para ulama ilmu kalam sifat-sifat wajib bagi Allah terdiri dari atas 20 sifat, dari 20 sifat itu dikelompokkan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :
1)      Sifat Nafsiyah
Yaitu sifat yang berhubungan dengan zat Allah. Sifat Nafsiyah ini ada satu, yaitu wujud.
2)      Sifat Shalbiyah
Yaitu sifat yang meniadakan adanya sifat sebaliknya. Sifat shalbiyah ini ada lima, yaitu : Qidam, Baqa, Mukhalafatuhu lilhawadist, Qiyamuhu Binafsihi, Wahdaniyah.
3)      Sifat Ma’ani
Yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang termasuk sifat ma’ani ada tujuh, yaitu : Qudrah, Iradah, ‘ilmu, Hayat, Sama’, Bashar, kalam.
4)      Sifat Ma’nawiyah
Sifat ma’nawiyah adalah kezaliman dari sifat ma’ani, sifat ma’nawiyah tidak dapat berdiri sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat ma’nawiyah. Jumlah sifat ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat ma’ani, yaitu : Qadiran, Muridan, ‘Aliman, Hayyan, Sami’an, Bashiran, Mutakalliman.

7.      MANFAAT DAN FUNGSI BERIMAN KEPADA ALLAH
Manfaat besar yang dapat kita petik karena beriman kepada Allah diantaranya :
a)    menguatkan Tauhid kepada Allah sehingga seseorang yang telah beriman kepada Allah tidak akan mengagungkan dirinya kepada sesuaatu selain Allah, baik dengan cara berharap ataupun takut kepadanya, dan ia tidak akan menyembah selain Allah.
b)    sesorang akan mencintai Allah secara sempurna dan akan mengagungkannya sesuai dengan nama-namanya yang baik dan sifat yang mulia.
c)    mewujudkan penghambaaan diri kepada Allah yaitu dengan melakukan apa yang diperintahkannya dan menjauhi apa yang dilarangya.
Adapun fungsi beriman kepada Allah yang ketentuannya dalam sikap dan kepribadian manusia sebagai berikut :
1.      Menyadari kelemahan diri di depan Allah
2.      Menyadari bahwa segala sesuatu yang dinikmati dalam kehidupan ini berasal dari Allah SWT.
3.      Menyadari bahwa dirinya pasti akan kembali kepada Allah dan dimintai pertanggung jawaban atas segala perbuatan yang pernah dilakukan.
4.      Sadar dan segera bertaubat apabila terjadi  kekhilafab dalam berbuat dosa dan segera memohon ampun serta bertaubat kepada Allah SWT sebagaiman firman Allah Q.S Al-imran : 135.
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ(135)
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

8.      ASMA – ASMA ALLAH
Setiap nama Allah SWT yang lain pasti mengandung sifat yang berkaitan dengan nama dan keluhuran Allah SWT. Melalui wahyu-Nya yang disampaikan rasul-Nya tentang nama-nama-Nya. Nama-nama Allah itu disebutkan didalam Al Quran dengan al-Asma’ Al Husna Yang berarti nama-nama yang baik. Al-Quran menyebut 99 nama atau sifat Allah.
Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa “Sesungguhnya ALLAH mempunyai sembilan puluh sembilan nama, yaitu seratus kurang satu. Barangsiapa menghitungnya, niscaya ia masuk surga.
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Sembilan puluh sembilan Asmaul Husna ini menggambarkan sifat-sifat Allah SWT. Allah Berfirman :
Artinya :
Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang baik), (Q.S. Thaha : 8)
 Sebutlah nama-nama ALLAH, dalam setiap zikir dan doa kita. Jika kita memohon diberi petunjuk, sebutlah nama Al-Hâdi (Maha Pemberi Petunjuk). Jika kita mohon diberi sifat kasih sayang, sebutlah nama Ar-Rahmân (Maha Pengasih). Semoga doa kita akan semakin makbul. anjuran untuk menggunakan Asmaul Husna dalam berzikir dan berdoa, diterangkan oleh ALLAH SWT dalam Al-Qur’an.
Artinya : Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. Al-Araaf : 180).

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Iman kepada Allah sudah sewajarnya kita sebagai makhluk ciptaanNYA mempercayai dan meyakini adanya Allah SWT. Selain itu kitta juga memahami sifat-sifatNYA yang wajib, mustahil, maupun jaiz.
Perwujudan iman adalah membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan tindakan. Karena itu seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin apabila sudah memenuhi 3 hat tersebut.

B.     Saran
Sebagai makhluk ciptaanNYA hendaknya kita slalu bertaqwa kepadaNYA, karena setiap amal perbuatan kita pasti akan di pertanggung jawabkan di akhirat nanti.

DAFTAR PUSTAKA
Basyir, Ahmad Azhar, 2002. Beragama secara dewasa (akidah islam).
Yogyakarta: UII Press.

Faqih, Aunur Rahim, 1997. Akidah Islam. Yogyakarta: UII Press.

Ilyas, Yunahar. 1992. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam.
Qardhawi, Yusuf. Tauhid dan Fenomena Kemusyrikan, terj. Ha. Abd Rahim Harits, Pustaka Darul Hikmah Bima, cet.1.th.1987.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar