IMAN KEPADA ALLAH
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
ISLAM (Arab:”berserah diri kepada Tuhan”) adalah agama yang mengimani satu tuhan,yaitu Allah.Agama ini termasuk agama samawi(agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari langit) dan termasuk dalam golongan agama ibrahim.Dengan lebih dari satu seperempatmilyar orang pengikut di seluruh dunia,menjadikan islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen.Islam memiliki arti “penyerahan”,atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan(Allah). Pengikut ajaran islam dikenal dengansebutan muslim yang berarti “seorang yang tunduk kepada Tuhan”,atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya,dan menyakini dengan sungguh sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.
2.
Rumusan Masalah
a.
Apa pengertian iman kepada Allah ?
b.
Apa wujud bagi Allah ?
c.
Apa Tauhidullah ?
d.
Apa makna kalimat “LA ILAHA ILLALLAH” ?
e.
Bagaiman cara beriman kepada Allah ?
f.
Apa saja sifat-sifat Allah ?
g.
Apa manfaat dan fungsi beriman kepada Allah ?
3.
Tujuan
a.
Memahami iman kepada Allah
b.
Memahami wujud bagi Allah
c.
Memahami Tauhidullah
d.
Memahami kalimat “LA ILAHA ILLALLAH”
e.
Memahami cara beriman kepada Allah
f.
Memahami sifat-sifat Allah
g.
Memahami manfaat dan fungsi beriman kepada Allah
BAB II
PEMBAHASAN
1. IMAN KEPADA ALLAH SWT
Secara kebahasaan, kata Allah sangat mungkin bersala dari
kata al-Ilãh. Kata itu mungkin pula berasal dari Aramea, Alaha yang artinya
Allah. Kata Ilãh (Tuhan yang disembah) dipakai untuk semua yang dianggap
sebagai Tuhan atau Yang Maha Kuasa. Dengan penamabahan huruf alif lam
didepannys sebagai kata sandang tertentu, maka kata Allah dari kata al-Ilah
dimaksudkan sebagai nama Zat Yang Maha Kuasa, dan Pencipta Alam Semesta. Kata
Allah adalah satu-satunya ism ‘alam atau kata yang menunjukkan nama yang
sipakai bagi Zat Yang Maha Suci. Nama-nama lain sekaligus mengacu pada
sifat-sifat-Nya jika menunjukkan kealamanan Zat Allah, seperti al-‘Aziz atau
Yang Maha Perkasa, artinya Allah mempunyai sifat perkasa .
Mengenal Allah merupakan pilar utama dalam semua ajaran Islam. Tanpa pengetahuan tersebut, setiap perbuatan dalam Islam tidak punya nilai hakiki sama sekali. Adapun pokok pangkal agama adalah makrifat tentang Allah. Namun tidak akans empurna makrifat tentang-Nya kecuali dengan pembenaran terhadap-Nya. Tidak sempurna pembenaran tampa tauhid dan keiklasan kepada-Nya, tidak sempurna pembenaran tanpa keiklasan, tidak sempurna keiklasan tanpa penafian segala sifat dari-Nya. Karena setiap “sifat” berlainan dengan “yang disifatkan” dan setiap “yang disifatkan” bukan persamaan dari “sifat yang Menyertainya.” Suatu kepercayaan hanya bisa diyakinkan kebenarannya jika tidak bertentangan dengan akal pikiran. Walau akal manusia tidak dapat mengetahui semua rahasia disekitar roh dan ketuhanan, namun bagian-bagian yang dapat dipahami dari ciptaan Tuhan haruslah tidak bertentangan dengan hukum akal
Mengenal Allah merupakan pilar utama dalam semua ajaran Islam. Tanpa pengetahuan tersebut, setiap perbuatan dalam Islam tidak punya nilai hakiki sama sekali. Adapun pokok pangkal agama adalah makrifat tentang Allah. Namun tidak akans empurna makrifat tentang-Nya kecuali dengan pembenaran terhadap-Nya. Tidak sempurna pembenaran tampa tauhid dan keiklasan kepada-Nya, tidak sempurna pembenaran tanpa keiklasan, tidak sempurna keiklasan tanpa penafian segala sifat dari-Nya. Karena setiap “sifat” berlainan dengan “yang disifatkan” dan setiap “yang disifatkan” bukan persamaan dari “sifat yang Menyertainya.” Suatu kepercayaan hanya bisa diyakinkan kebenarannya jika tidak bertentangan dengan akal pikiran. Walau akal manusia tidak dapat mengetahui semua rahasia disekitar roh dan ketuhanan, namun bagian-bagian yang dapat dipahami dari ciptaan Tuhan haruslah tidak bertentangan dengan hukum akal
2.
WUJUD ALLAH SWT
Wujud (ada)-nya Allah SWT adalah
sesuatu yang badihiyah.
Allah SWT adalah adalah asma Tuhan yang berhak disembah. Selain Allah,
tidak ada Tuhan yang patut disembah. Allah menciptakan manusia dengan fitrah
bertuhan. Beriman kepada Allah adalah dasar pokok ajaran islam. Segala
persoalan dalam ajaran islam dapat dipecahkan dengan kunci iman kepada Allah.
Untuk membuktikan adanya Allah, Al-Qur’an menempuh berbagai jalan
sebagai berikut:
a.
Al-Qur’an mengetuk hati nurani manusia, untuk merasakan benar-benar
bahwa keyakinan adanya Allah adalah pembawaan fitrahnya. Tetapi pembawaan
fitrah itu sering kali terdesak oleh berbagai macam faktor. Faktor luar yaitu
manusia akan lari dan menentang fitrahnya sendiri. Tetapi apabila diahadapkan
kepada sesuatu yang tidak disenagi dan sudah berputus asa, maka secara spontan
fitrahnya akan kembali muncul. Allah SWT berfirman dalam Q.S Yunus 10:12 yang artinya :
“Dan
apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo’a kepada Kami dalam keadaan berbaring,
duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari padanya, dia
(kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdo’a
kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya.begitulah
orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka
kerjakan.” (Q.S Yunus 10:12)
b.
Al-Qur’an juga menempuh jalan lain , yaitu dengan
menggugah akal pikiran manusia agar mau memikirkan kejadian dirinya dan alam
sekitarnya. Bukti proses penciptaan manusia, Q.S Al-Mu’min (40) : 67
mengajarkan:
“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes
mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai
seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa
(dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada
yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada
ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).”
3.
TAUHIDULLAH SWT
Keeassan Allah atau Tauhid merupakan
konsep revolusioner yang merupakan inti ajaranagama islam. Untuk memperkokoh
ajaran tauhid, Al-Qur’an menggugah akal manusia memikirkan apa yang terjadi
bila Tuhan lebih dari satu. Q.S Al-Anbiya (21):22 menyatakan:
“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah,
tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai
'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.”
Secara
sederhana Tauhid dibagi menjadi tiga tingkatan atau tahapan yaitu:
a)
Tauhid Rububiyah yaitu secara etimologis kata “Rabb”
mempunyai banyak arti, antara lain menumbuhkan, mengemangkan, mendidik,
memelihara, memperbaiki, menanggung, mengumpulkan, mempersiapkan dll. Q.S
Al-Baqarah 2:21:
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,”
b)
Tauhid Mulkiyah yaitu kata Malik yang berarti raja dan Malik
yang berarti memiliki berakar dari akar kata yang sama yaitu ma-la-ka.
Q.S Al-Baqarah 2:107:
“Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah
kepunyaan Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang
penolong.”
c)
Tauhid Ilahiyah yaitu kata Ilah berakar dari
kata a-la-ha yang mempunyai arti antara lain tenteram, tenang,
lindungan, cinta dan sembah (‘abada). Q.S A-Nahl 16:36:
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826]
itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh
Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya[826].
Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”
4.
MAKNA “LA ILAHA ILLALLAH”
Kata
“Ilah” mempunyai pengertian yang sangat luas, mencakup pengertian Rububiyah dan
Mulkiyah, maka kata inilah yang dipilih Allah SWT untuk kalimat thayyibah
yaitu: La Ilahaillallah. Iqrar La Ilaha Illahllah bersifat komprehensif, mencakup pengertian
yaitu:
a. La Khaliqa
Illallah (Tidak Ada
Yang Maha Mencipta kecuali Allah).
b. La Raziqa
Illallah (Tidak Ada
Yang Maha Memberi Rezeki kecuali Allah).
c. La Hafiza
Illallah (Tidak Ada
Yang Maha Memelihara kecuali Allah).
d. La Mudabbira
Illallah (Tidak Ada
Yang Maha Mengelola kecuali Allah).
e. La Malika
Illallah (Tidak Ada
Yang Maha Memiliki kecuali Allah, Tidak Ada Yang Maha Memiliki Kerajaan Kecuali
Allah).
f. La Waliya
Illallah (Tidak Ada
Yang Maha Memimpin kecuali Allah).
g. La Hakima
Illallah (Tidak Ada
Yang Maha Menentukan Aturan kecuali Allah).
h. La Ghayata
Illallah (Tidak Ada
Yang Maha Menjadi Tujuan kecuali Allah).
i.
La Ma’buda Illallah (Tidak Ada Yang Maha Disembah kecuali Allah)
5. CARA BERIMAN KEPADA ALLAH
SWT
1. Secara
ijmali = percaya adanya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan menjaga alam
semesta
2. Secara tafshii = percaya adanya Allah secara rinci dengan mengetahui sifat sifat, nama-nama, yang indah dalam asmaul husna. Hukum beriman kepada Allah adalah fardhu ‘ain. Jika ada yang mengaku islam tapi tidak percaya kepada Allah maka orang tersebut dianggap murtad.
Iman kepada Allah SWT merupakan yang pertama dan yang utama dari rukun iman, seperti sabda Rasululluh: “Iman itu ialah engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan kepada qadha dan qadar.” (HR. Muslim)
Iman yang sempurna adalah apabila telah mengucapkan dengan lisan, dibenarkan dengan hati dan dibuktikan dengan perbuatan. Barang siapa yang ingkar kepada Allah, sesungguhnya ia termasuk orang yang sesat.
2. Secara tafshii = percaya adanya Allah secara rinci dengan mengetahui sifat sifat, nama-nama, yang indah dalam asmaul husna. Hukum beriman kepada Allah adalah fardhu ‘ain. Jika ada yang mengaku islam tapi tidak percaya kepada Allah maka orang tersebut dianggap murtad.
Iman kepada Allah SWT merupakan yang pertama dan yang utama dari rukun iman, seperti sabda Rasululluh: “Iman itu ialah engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan kepada qadha dan qadar.” (HR. Muslim)
Iman yang sempurna adalah apabila telah mengucapkan dengan lisan, dibenarkan dengan hati dan dibuktikan dengan perbuatan. Barang siapa yang ingkar kepada Allah, sesungguhnya ia termasuk orang yang sesat.
6. SIFAT-SIFAT
ALLAH
Ø
Sifat-sifat yang baik bagi Allah.
a. Pengertiannya Sifat
Wajib
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Zat Allah
sebagai kesempurnaan baginya. Allah adalah Khaliq zat yang memiliki sifat yang
tidak mungkin sama dengan sifat yang dimiliki oleh mahluknya. Zat Allah tidak
bisa dibayangkan bagaimana bentuknya, rupa dan ciri-cirinya begitu juga
sifat-sifatnya. Tidak bisa disamakan dengan sifat-sifat mahluk. Sifat-sifat
wajib bagi Allah itu diyakini melalui akal (wajib ‘Aqli) dan berdasarkan dalil
naqli (Al-Quran dan Hadist).
b. Pembagian
sifat-sifat wajib bagi Allah
Menurut para ulama ilmu kalam sifat-sifat wajib bagi Allah terdiri dari
atas 20 sifat, dari 20 sifat itu dikelompokkan menjadi 4 kelompok sebagai
berikut :
1) Sifat Nafsiyah
Yaitu sifat yang berhubungan dengan zat Allah. Sifat Nafsiyah ini ada
satu, yaitu wujud.
2) Sifat Shalbiyah
Yaitu sifat yang meniadakan adanya sifat sebaliknya. Sifat shalbiyah ini
ada lima, yaitu : Qidam, Baqa, Mukhalafatuhu lilhawadist, Qiyamuhu Binafsihi,
Wahdaniyah.
3) Sifat Ma’ani
Yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang termasuk sifat
ma’ani ada tujuh, yaitu : Qudrah, Iradah, ‘ilmu, Hayat, Sama’, Bashar, kalam.
4) Sifat Ma’nawiyah
Sifat ma’nawiyah adalah kezaliman dari sifat ma’ani, sifat ma’nawiyah
tidak dapat berdiri sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat
ma’nawiyah. Jumlah sifat ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat ma’ani, yaitu :
Qadiran, Muridan, ‘Aliman, Hayyan, Sami’an, Bashiran, Mutakalliman.
7. MANFAAT DAN FUNGSI BERIMAN KEPADA ALLAH
Manfaat besar yang dapat kita petik karena beriman kepada Allah
diantaranya :
a) menguatkan Tauhid kepada Allah sehingga seseorang yang telah beriman
kepada Allah tidak akan mengagungkan dirinya kepada sesuaatu selain Allah, baik
dengan cara berharap ataupun takut kepadanya, dan ia tidak akan menyembah
selain Allah.
b) sesorang akan mencintai Allah secara sempurna dan akan mengagungkannya
sesuai dengan nama-namanya yang baik dan sifat yang mulia.
c) mewujudkan penghambaaan diri kepada Allah yaitu dengan melakukan apa
yang diperintahkannya dan menjauhi apa yang dilarangya.
Adapun fungsi beriman kepada Allah yang ketentuannya dalam sikap dan
kepribadian manusia sebagai berikut :
1.
Menyadari kelemahan diri di depan Allah
2.
Menyadari bahwa segala sesuatu yang dinikmati dalam kehidupan ini
berasal dari Allah SWT.
3.
Menyadari bahwa dirinya pasti akan kembali kepada Allah dan dimintai
pertanggung jawaban atas segala perbuatan yang pernah dilakukan.
4.
Sadar dan segera bertaubat apabila terjadi kekhilafab dalam
berbuat dosa dan segera memohon ampun serta bertaubat kepada Allah SWT
sebagaiman firman Allah Q.S Al-imran : 135.
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ
ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ
يَعْلَمُونَ(135)
“Dan (juga)
orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”
8.
ASMA – ASMA ALLAH
Setiap nama Allah SWT yang lain pasti mengandung sifat yang berkaitan
dengan nama dan keluhuran Allah SWT. Melalui wahyu-Nya yang disampaikan
rasul-Nya tentang nama-nama-Nya. Nama-nama Allah itu disebutkan didalam Al
Quran dengan al-Asma’ Al Husna Yang berarti nama-nama yang baik. Al-Quran menyebut 99
nama atau sifat Allah.
Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa “Sesungguhnya ALLAH mempunyai sembilan puluh sembilan nama, yaitu seratus kurang satu. Barangsiapa menghitungnya, niscaya ia masuk surga. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa “Sesungguhnya ALLAH mempunyai sembilan puluh sembilan nama, yaitu seratus kurang satu. Barangsiapa menghitungnya, niscaya ia masuk surga. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Sembilan puluh sembilan Asmaul Husna ini menggambarkan sifat-sifat Allah
SWT. Allah Berfirman :
Artinya : “Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang baik)”, (Q.S. Thaha : 8)
Artinya : “Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang baik)”, (Q.S. Thaha : 8)
Sebutlah nama-nama ALLAH, dalam
setiap zikir dan doa kita. Jika kita memohon diberi petunjuk, sebutlah nama
Al-Hâdi (Maha Pemberi Petunjuk). Jika kita mohon diberi sifat kasih sayang,
sebutlah nama Ar-Rahmân (Maha Pengasih). Semoga doa kita akan semakin makbul.
anjuran untuk menggunakan Asmaul Husna dalam berzikir dan berdoa, diterangkan
oleh ALLAH SWT dalam Al-Qur’an.
Artinya : “Hanya milik Allah
asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu
dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut)
nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. Al-Araaf : 180).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Iman kepada Allah sudah sewajarnya kita sebagai makhluk ciptaanNYA
mempercayai dan meyakini adanya Allah SWT. Selain itu kitta juga memahami
sifat-sifatNYA yang wajib, mustahil, maupun jaiz.
Perwujudan iman adalah membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan
mengamalkan dengan tindakan. Karena itu seseorang dapat dikatakan sebagai
mukmin apabila sudah memenuhi 3 hat tersebut.
B. Saran
Sebagai makhluk ciptaanNYA hendaknya kita slalu bertaqwa kepadaNYA, karena
setiap amal perbuatan kita pasti akan di pertanggung jawabkan di akhirat nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Basyir, Ahmad Azhar, 2002. Beragama
secara dewasa (akidah islam).
Yogyakarta: UII Press.
Yogyakarta: UII Press.
Faqih, Aunur Rahim, 1997. Akidah Islam.
Yogyakarta: UII Press.
Ilyas, Yunahar. 1992. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta
: Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam.
Qardhawi, Yusuf. Tauhid dan Fenomena Kemusyrikan, terj.
Ha. Abd Rahim Harits, Pustaka Darul Hikmah Bima, cet.1.th.1987.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar