Jumat, 27 Desember 2013

STRATEGI PENGORGANISASIAN DAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN

STRATEGI PENGORGANISASIAN DAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dilakukan, seorang guru terlebih dahulu harus menata, mengorganisasikn isi pembelajaran yang akan diajarkan. Hal ini perlu dilakukan agar isi pembelajaran yang diajarkan mudah dipahami siswa. Salah satu cara untuk menata dan mengorganisasikan isi pembelajaran adalah dengan menggunakan teori elaborasi. Penggunaan teori elaborasi untuk melakukan penataan dan pengorganisasian isi pembelajaran di dasari atas beberapa pertimbangan :
a.       Penggunaan teori elaborasi telah terbukti dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan;
b.      Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa;
c.       Teori elaborasi memiliki cara – cara yang sistematis dalam mengurutkan isi pembelajaran dari mudah ke sulit, dari sederhana ke kompleks;

Demikian pula selama proses pembelajaran, guru diharapkan mampu menumbuhkan, meningkatkan, dan mempertahankan motivasi belajar siswa. Tanpa adanya motivasi belajar siswa yang tinggi, kiranya sulit bagi guru untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu, guru harus mampu menerapkan strategi motivasional dalam tindak pembelajarannya. Pada dasarnya banyak strategi motivasional yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, namun salah satu strategimotivasional yan dianggap baik dan memiliki pijakan teoretis dan empiris yang sudah teruji adalah strategi motivasional ARCS.
Strategi Pengelolaan Motivasional ARCS yang dikembangkan oleh keller (1983;1987) mengajukan empat jenis strategi pengelolaan motivasional yang disebut ARCS.
 Alasan pemilihan strategi ARCS untuk meningkatkan motivasi belajar siswa karena :
a.       Strategi ARCS telah terbukti keunggulannya dalam meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran (Keller & Suzuki, 1988),
b.      Selama ini berbagai strategi pembelajaran hanya berfokus pada strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian saja, dan tidak / kurang terkait dengan motivasi belajar sehingga jika motivasi belajar siswa rendah maka strategi pembelajaran tersebut tidak mampu meningkatkan hasil belajar secara maksimal; masalah tersebut hanya dapat diatasi dengan strategi motivasional ARCS, dan
c.       Menurut Visser dan Keller (1990), penerapan strategi ARCS dalam beberapa mata pelajaran terbukti mampu meningkatkan motivasi belajar siswa secara signifikan.

1.2   Rumusan Masalah

1.2.1   Hal apa saja yang dibahas di dalam teori Elaborasi ?
1.2.2   Apa sajakah yang dibahas dalam strategi Pengelolaan Motivasional ?

1.3   Tujuan Penulisan

1.3.1   Mengetahui hal – hal yang harus dipelajari dalam teori Elaborasi.
1.3.2   Mengetahui hal – hal yang dibahas dalam strategi pengelolaan motivasional.

BAB II
PEMBAHASAN
I.     Teori Elaborasi
Strategi atau teori elaborasi dikategorikan sebagai strategi pengorganisasian isi pembelajaran tingkat makro. Teori Elaborasi mendiskripsikan cara – cara pengorganisasian isi pembelajaran dengan mengikuti urutan umum ke rinci. Pengurutan isi pembelajaran dari yang bersifat umum ke rinci dilakukan dengan :
a.       Langkah pertama dimulai dengan menampilkan epitome (struktur isi bidang studi yang dipelajari),
b.      Langkah selanjutnya mengelaborasi bagian – bagian yang ada epitome secara lebih rinci

1.      Komponen Teori Elaborasi
Dalam melakukan pengorganisasian isi pembelajaran harus memperhatikan komponen – komponen yang dijadikan dasar teori elaborasi.Pada dasarnya terdapat tujuh komponen strategi yang diintregasikan dalam teori elaborasi, (Reigeluth,1983 & Degeng,1989) yaitu sebagai berikut :
a.       Urutan elaboratif,
b.      Urutan prasyarat belajar,
c.       Rangkuman,
d.      Sintesis,
e.       Analogi,
f.       Pengaktif strategi kognitif, dan
g.      Kontrol belajar.

a.       Urutan Elaboratif
Yang dimaksud dengan urutan elaboratif adalah urutan isi pembelajaran dari yang bersifat sederhana ke kompleks atau dari yang bersifat umum ke rinci. Dalam membuat / melakukan urutan elaborative, harus memperhatikandua hal pokok, yaitu :
1.      Penyajian isi bidang studi pada tingkat umum mengepitomasi (bukan merangkum) bagian isi yang lebih rinci, dan
2.      Epitomasi dibuat atas dasar satu tipe struktur isi bidang studi.
Dalam teori elaborasi epitome dapat dipadankan dengan “kerangka isi”,yang hanya mencakup sebagian kecil isi bidang studi yang amat penting. Dalam epitome sebaiknya hanya terdapat satu tipe isi bidang studi : konsep, prosedur, atau prinsip.

b.      Urutan Prasyarat Belajar
Urutan prasyarat belajar adalah struktur yang menunjukkan konsep, prosedur, atau prinsip mana yang harus dipelajari sebelum konsep, prosedur, atau prinsip lain bisa dipelajari. Dengan kata lain, urutan prasyarat belajar menampilkan hubungan prasyarat belajar untuk suatu konsep, prosedur, atau prinsip. Urutan prasyarat belajar yang dimaksud disini sepadan denagn struktur belajar atau hierarki belajar yang dikemukakan oleh Gagne (1985).
c.       Rangkuman
Rangkuman adalah tinjauan kemballi (review) terhadap apa yang telah dipelajari. Rangkuman dibuat karena sangat penting untuk mempertahankan retensi (daya ingat). Demikian pula rangkuman berfungsi untuk memberikan pernyataan singkat mengenai isi bidang studi yang telah dipelajari siswa.
            Dalam teori elaborasi rangkuman diklasifikasikan menjadi 2, yaitu rangkuman internal dan eksternal. Rangkuman internal (internal summarizer) diberikan pada setiap akhir suatu pelajar dan hanya merangkum isi bidang studi yang baru diajarkan.
Rangkuman eksternal (within-set summarizer) diberikan setelah beberapa kali pelajaran, yang merangkum semua isi yang telah dipelajari dalam beberapa kali pelajaran itu.

d.      Pesintesis
Pesintesis berfungsi untuk menunjukkan kaitan – kaitan diantara konsep, prosedur, atau prinsip yang diajarkan. Pesintesis sangat penting karena akan menunjukkan sejumlah keterkaitan/hubungan diantara konsep, prosedur, dan prinsip sehingga dapat memudahkan pemahaman tentang suatu konsep, kebermaknaan dengan jalan menunjukkan konteks suatu konsep, prosedur, atau prinsip pada bagian isi yang lebih luas (Ausubel, 1968), sekaligus juga dapat memberi pengaruh motivasional pada siswa (Keller, 1983). Dengan cara membuat kaitan – kaitan diantara pengetahuan yang baru dengan yang lama, yang telah demikian oleh siswa, pensintesis juga berpeluang untuk meningkatkan retensi (Degeng,1989).
e.       Analogi
Analogi dibuat untuk dapat memudahkan pemahaman terhadap pengetahuan yang baru, dengan cara membandingkannya dengan pengetahuan yang sudah di kenal oleh siswa (Reigeluth, 1983). Analogi menggambarkan persamaan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan lain yang berbeda di luar cakupan pengetahuan yang sedang di pelajari. Di samping itu, analogi dapat dipakai untuk memperjelas suatu konsep, prosedur, prinsip, atau teori sehingga mudah dipahami siswa.
f.       Pengaktifan Strategi Kognitif
Strategi Kognitif adalah ketrampilan yang diperlukan siswa untuk mengatur proses internalnya ketika belajar, mengingat dan berpikir. Strategi kognitif hendaknya diaktifkan selama pembelajaran berlangsung. Pembelajaran akan menjadi lebih efektif apabila guru mampu mendorong siswa, baik secara sadar ataupun tidak, untuk menggunakan strategi kognitif yang sesuai. Rigney (1978) mengemukakan dua cara untuk mengaktifkan strategi kognitif, yaitu sebagai berikut :
1.      Dengan merancang pembelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa dipaksa untuk menggunakannya. Cara ini disebut dengan embedded strategy. Dalam pelaksanaannya, sering kali siswa menggunakannya secara tidak sadar. Embedded strategy activator bisa berupa gambar, diagram, mnemonic, analogi, dan parafrase. Pertanyaan – pertanyaan penuntun (adjunct_questions) juga dapat dipakai untuk memenuhi maksud ini, yaitu sebagai embedded strategy activator (Degeng, 1989).
2.      Dengan menyuruh siswa menggunakannya. Cara ini disebut dengan embedded strategy. Cara ini tepat dipakai apabila siswa sudah pernah belajar bagaimana menggunakan strategi kognitif ini. Contohnya, “sekarang buatlah diagram untuk menunjukkan proses yang baru saja diajarkan !”, atau “pikirkan sebuah analogi untuk memperjelas ide yang baru saja dibicarakan”. (Degeng, 1989)

g.      Kontrol Belajar
Menurut Merrill (1979), konsepsi mengenai control belajar terkait dengan kebebasan siswa dalam melakukan pilihan dan pengurutan terhadap isi yang dipelajari (content control), kecepatan belajar (pace control), komponen strategi pembelajaran yang ingin digunakan (display control), dan strategi kognitif yang ingin digunakan (conscious cognition control).

2         Model Elaborasi

Teori Elaborasi dilandasi atas beberapa prinsip yang menjadi dasar dalam melakukan pengorganisasian isi pembelajaran. Menurut Degeng (1989), ada tujuan prinsip yang menjadi modal teori elaborasi, yaitu :
a.       Penyajian kerangka isi,
b.      Elaborasi secara bertahap,
c.       Bagian terpenting disajikan pertama kali,
d.      Cakupan optimasi elaborasi,
e.       Penyajian pensintesis secara bertahap,
f.       Penyajian jenis pensintesis, dan
g.      Tahapan pemberian rangkuman.
Secara umum prinsip – prinsip yang mendasari modal elaborasi adalah sebagai berikut (Degeng, 1989) ;
a.       Prinsip pertama adalah penyajian kerangka isi (epitome). Dalam teori elaborasi, penyajian kerangka isi ditempatkan pada fase yang paling awal dari keseluruhan proses pembelajaran.
b.      Prinsip kedua adalah berkaitan dengan tahap dalam melakukan elaborasi isi pembelajaran. Elaborasi tahap pertama akan mengelaborasi bagian – bagian yang tercakup dalam kerangka isi ; elaborasi tahap ke dua akan mengelaborasi bagian – bagian yang tercakup dalam elaborasi tahap pertama, dan begitu seterusnya.
c.       Prinsip ketiga adalah berkaitan dengan penekanan bahwa bagian yang terpentinglah yang harus di sajikan pertama kali. Guna menentukan penting atau tidaknya suatu bagian ditentukan oleh sumbangannya untuk memahami keseluruhan isi bidang studi.
d.      Prinsip keempat berkaitan dengan tingkat kedalaman dan keluasan elaborasi. Setiap elaborasi hendaknya dilakukan cukup singkat agar konstruk (fakta, konsep, prinsip, atau prosedur) dapat deterima dengan baik oleh siswa. Namun demikian, elaborasi juga perlu dilakukan dengan cukup panjang. Agar tingkat kedalaman dan keluasan elaborasi memadai.
e.       Prinsip kelima berhubungan dengan penyajian pensintesis. Penyajian pensintesis dilakukan secara bertahap,yaitu setelah setiap kali melakukan elaborasi, secara khusus dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan diantara konstruk – konstruk yang lebih rinci yang baru diajarkan, dan untuk konteks elaborasi dalam epitome.
f.       Prinsip keenam berhubungan dengan penyajian jenis pensintesis. Pensintesis yang fungsinya sebagai pengait satuan – satuan konsep, prosedur, atau prinsip hendaknya disesuaikan dengan tipe isi bidang studi.
g.      Prinsip ketujuh pemberian rangkuman. Rangkuman yang dimaksud untuk mengadakan tinjauan ulang mengenai isi bidang studi yang sudah dipelajari, dan hendaknya diberikan sebelum penyajian pensintesi.

3.      Langkah – Langkah Pengorganisasian Teori Elaborasi
Disamping prinsip – prinsip seperti dijelaskan diatas, dalam melakukan pengorganisasian pembelajaran teori elaborasi juga harus dilakukan dengan langkah – langkah yang sistem. Menurut Degeng (1989), langkah – langkah pengorganisasian pembelajaran dengan menggunakan model elaborasi adalah sebagai berikut.
a.       Penyajian kerangka isi. Pembelajaran dimulai dengan menyajikan kerangka isi : struktur yang memuat bagian – bagian yang paling penting dari bidang studi.
b.      Elaborasi tahap pertama. Elaborasi tahap pertama, adalah mengelaborasi tiap – tiap bagian yang ada dalam kerangka isi, mulai dari bagian yang terpenting. Elaborasi tiap – tiap bagian diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis yang hanya menyangkut konstruk – konstruk yang baru saja diajarkan (Pensintesis Internal).
c.       Pemberian rangkuman dan sintesis eksternal. Pada akhir elaborasi tahap pertama, diberikan rangkuman dan diikuti dengan pensintesis eksternal. Rangkuman berisi pengertian – pengertian singkat, mengenai konstruk – konstruk yang diajarkan dalam elaborasi, dan pensintesis eksternal menunjukkan (a) hubungan penting yang ada antar bagian yang telah di elaborasi, dan (b) hubungan antara bagian – bagian yang telah dielaborasi dengan kerangka isi.
d.      Elaborasi taha ke dua. Setelah elaborasi tahap pertama berakhir dan di integrasikan dengan kerangka isi, pembelajaran diteruskan ke elaborasi tahap kedua-yang mengelaborasi bagian pada elaborasi tahap pertama-dengan maksud membawa siswa pada tingkat kedalaman sebagaimana ditetapkan dalam tujuan pembelajaran. Seperti halnya elaborasi tahap pertama, setiap elaborasi tahap kedua disertai rangkuman dan pensintesis internal.
e.       Pemberian rangkuman sintesis eksternal. Pada akhir elaborasi tahap kedua,diberikan rangkuman dan sistem eksternal, seperti pada elaborasi tahap pertama.
f.       Setelah semua elaborasi tahap kedua disajikan, disintesiskan, dan diintegrasikan ke dalam kerangka isi, pola seperti ini akan berulang kembali untuk elaborasi tahap ketiga, dan seterusnya, sesuai dengan tingkat kedalaman yang ditetapkan oleh tujuan pembelajaran.
g.      Pada tahap akhir pembelajaran, disajikan kembali kerangka isi untuk mensintesiskan keseluruhan isi bidang studi yang telah diajarkan.
4.      Hasil Penelitian
Penelitian tentang efektifitas dan efisiensi teori elaborasi, telah banyak dilakukan dalam berbagai jenjang pendidikan dan berbagai tipe bidang studi. Secara umum hasil penelitian menyimpulkan bahwa penerapan teori elaborasi dalam pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian Wena,dkk (2000) dengan judul pengembangan modul pembelajaran dengan strategi elaborasi pada mata kuliah konstruksi bangunan, dan menggambar I pada Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan menyimpulkan bahwa :
a.       Modul pembelajaran bidang studi bangunan dan menggambar I yang didesain dengan pendekatan teori elaborasi secara signifikan dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran, dan
b.      Kelompok mahasiswa yang diajarkan dengan sistem modul yang dirancang dengan teori elaborasi memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang diajar dengan sistem modul yang tidak dirancang dengan teori elaborasi.
            Pada pihak lain, penelitian Boedhi Rahardjo, Pranoto, dan Wena (2006) dengan judul Pembelajaran Teknologi Perkerasan Jalan Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pendidikan Teknik Bangunan menyimpulkan sebagai berikut.
a.         Berdasarkan uji kelompok kecil ternyata rata-rata skor hasil belajar mahasiswa yang diajar dengan strategi pembelajaran berbasis komputer yang dirancang dengan teori elaborasi adalah 7,76 lebih tinggi dari mahasiswa yang diajar dengan strategi pembelajran konvensional yaitu 6,58. Demikian pula berdasarkan uji kelompok kecil ternyata rata-rata skor retensi mahasiswa yang diajar dengan strategi pembelajran berbasis komputer yang dirancang dengan teori elaborasi adalah 7,66 lebih tinggi dari mahasiswa yang diajar dengan strategi pembelajaran konvensional yaitu 6,41.
b.        Terdapat perbedaan hasil belajar Teknologi Perkerasan Jalan antara mahasiswa yang belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis komputer yang dirancang dengan teori elaborasi dan yang belajar dengan strategi konvensional, dengan nilai thitung = -8,589, pada taraf signifikansi 0,000.
c.       Terdapat perbedaan retensi belajar Teknologi Perkerasan Jalan antara mahasiswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis komputer yang dirancang dengan teori elaborasi dan yang belajar menggunakan strategi konvensional, dengan nilai thitung = -8,966, pada traf signifikansi 0,000.

II.    Strategi Pengelolaan Motivasional
            Menurut Martin dan Briggs (1986), motivasi adalah kondisi internal dan eksternal yang memengaruhi bangkitnya arah serta tetap berlangsungnya suatu kegiatan atau tingkah laku. Good dan Brophy (1991) mendenifisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak, pengarah, dan memperkuat tingkah laku, sedangkan Gagne (1985) mendenifisikan motivasi sebagai sesuatu pengarah dan memperkuat intensitas suatu tingkah laku.
            Keller (1983) mendefinisikan sebagai intensitas dan arah suatu perilaku serta berkaitan dengan pilihan yang dibuat seseorang untuk yang mengerjakan atau menghindari suatu tugas serta menunjukkan tingkat usaha yang dilakukannya. Mengingat usaha merupakan indikator langsung dari motivasi belajar, maka secara operasional motivasi belajar ditentukan oleh indikator-indikator sebagai berikut :
a.    Tingkat perhatian siswa terhadap pembelajaran
b.    Tingkat relevansi pembelajaran dengan kebutuhan siswa
c.    Tingkat keyakinan siswa terhadap kemampuannya dalam mengenakan tugas-tugas pembelajaran
d.   Tingkat kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan
Ditinjau dari tipe motivasi, para ahli membagi motivasi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut :
a.    Motivasi Intrinsik, yaitu keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri individu. Dalam proses belajar mengajar siswa yang termotivasi secara intriksik dapat dilihat dari kegiatan yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya.
b.    Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik bukan merupakan keinginan yang sebenarnya yang ada didalam diri siswa untuk belajar individumelakukan kegiatan adalah mencapai tujuan yang terletak di luar aktivitas belajar itu sendiri, atau tujuan itu tidak terlibat didalam aktivitas belajar.

1.      Komponen Strategi Pengelolaan Motivasional

Strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu  (1) strategi pengorganisasian (organization strategy), (2) strategi penyampaian (delivery strategy), dan strategi pengelolaan (management strategy) (Degeng, 1989). Strategi pengorganisasian berkaitan dengan kegiatan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram dan sejenisnya, strategi penyampaian berkaitan dengan cara penyampaian cara pembelajaran pada siswa, strategi pengelolaan berkaitan dengan penataan interaksi antara siswa dan variabel strategi pengorganisasian dengan penataan interaksi antara siswa dan variabel strategi pengorganisasian serta strategi penyampaian.
Reigeluth dan Merill (1979) mengklasifikasikan strategi pengelolaan motivasional menjadi tiga, yaitu :
a.       Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran, yaitu berkaitan dengan kapan dan berapa kali suatu strategi pembelajaran atau komponen suatu strategi pembelajaran digunakan dalam suatu pembelajaran
b.      Pembutan catatan kemajuan belajar, yaitu berkaitan dengan kapan dan berapa kali penelitian hasil belajar dilakukan serta bagaimana prosedur penilaiannya
c.       Pengelolaan motivasional, yaitu berkaitan dengan cara-cara yang dipakai meningkatkan motivasi belajar siswa

2.      Menarik dan Mempertahankan Perhatian Siswa Selama Pembelajaran

Secara garis besar ada tiga jenis strategi untuk membangkitkan dan mempertahankan perhatian siswa dalam pembelajaran, yaitu :

a.         Membangkitkan daya persepsi siswa
Guna membangkitkan daya persepsi siswa dan mempertahankan perhatian dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan sesuatu yang baru, mengherankan, tidak pantas atau peristiwa-peristiwa yang tidak menentu dalam hal pembelajaran dapat silakukan dengan cara berikut.
a)        Menggunakan efek audio visual, yaitu dengan menggunakan animasi, cahaya (flash) kemampuan suara dan audio visual.
b)        Menggunakan visual atau kontens yang tidak biasa
c)        Menghindari dari gangguan, dengan jalan yang dapat menghindari hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian.
b.      Menumbuhkan hasrat ingin meneliti
Guna merangsang perilaku agar tumbuh hasrat ingin mencari informasi / meneliti dengan mengajukan pertanyaan atau masalah yang memerlukan pemecahan dapat dilakukan dengan cara berikut
a)        Aktif merespons yaitu merangsang minat siswa dengan menggunakan interaksi pertanyaan-respons-umpan balik, yang mempersyaratkan berpikir aktif.
b)        Menciptakan masalah, yaitu memberi kesempatan siswa untuk memecahkan masalah.
c)        Mencipatakan misteri, yaitu mencipatakan situasi pemecahan masalah dalam konteks yang membutuhkan eksplorasi dan daya pengungkapan rahasia pengetahuan.

c.         Menggunakan strategi pembelajaran yang bervariatif
Keller (1987) mengungkapkan , variasi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan jalan memvariasikan format tulisan dalam teks, menyajikan gambar-gambar yang bervariasi, warna-warna yang beraneka ragam, dan sebagainya. Agar siswa memperhatikan berbagai macam elemen-elemen yang digunakan dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara berikut.
a)        Meringkas bagian pembelajaran, yaitu denganmembuat bagian-bagian pembelajaran relatif pendek dan menggunakannya secara efektif dalam bahan ajar / buku dan sebagainya.
b)        Menciptakan respons yang saling memengaruhi dalam pembelajaran dengan menyajikan informasi yang beraneka ragam secara interaktif.
c)        Mengintegrasikan media yang fungsional, yaitu menggunakan media secara fungsional dan seimbang sebagai bagian dari pembelajaran.

3.      Mengaitkan Pembelajaran dengan Kebutuhan Siswa

Pada dasarnya ada tiga jenis strategi guna meningkatkan relevansi isi pembelajaran dengan kebutuhan siswa, yaitu :

a.       Menumbuhkan Keakraban dan Kebiasaan yang Baik
Minstrell (1989) untuk meningkatkan pemahaman pada diri siswa, guru harus mampu mengaitkan pengalaman keseharian siswa atau konsep-konsep yang telah ada dalam benak siswa dengan isi pembelajaran yang akan dibahas.
Secara operasional penggunaan bahasa yang kronkret, dan penggunaan contoh dan konsep yang berkaitan dengan penglaman dan nilai kehidupan siswa dapat dilakukan dengan cara berikut.
a)        Menggunakan bahasa dan gambar yang menarik, yaitu dengan menggunakan dengan ungkapan-ungkapan yang biasa dikenal siswa, dan menggunakan ilustrasi-ilustrasi yang sesuai
b)        Menggunakan ilustrasi untuk mengkonkretkan, yaitu dengan menggunakan ilustrasi gambar untuk mengkonkretkan sesuatu konsep yang abstrak/tidak biasa untuk siswa
c)        Menggunakan contoh dan konteks yang familiar pada isi pembelajaran dan lingkungn sekitar yang sudah dikenal siswa.

b.      Menyajikan Isi Pembelajaran yang Berorientasi pada Tujuan
Berliner (1982) jika guru menjelaskan dengan tugas-tugas dan manfaat apa yang diperoleh dari tugas-tugas tersebut, maka penampilan kegiatan belajar siswa akan lebih bergairah jika dibandingkan dengan kelompok siswa tanpa diberi penjelasan tentang tugas yang diberikan.
Secara operasional penyajian pernyataan atau contoh-contoh yang sesuai dengan tujuan dan kegunaan pembelajaran dapat dilakukan dengan cara berikut.
a)      Menggunakan suatu pernyataan tujuan yang jelas serta penting dan berguna.
b)      Menggunakan tujuan yang berorientasi pada permainan/simulasi, dan fantasi untuk memberikan rasa pemahaman pada tujuan
c)      Memberi kesempatan pada siswa untuk memilih tipe tujuan yang berbeda sesuai dengan strategi dan hasil.

c.       Menggunakan Strategi Pembelajaran yang Sesuai
Guru harus memahami profil/karakteristik siswa, seperti tingkat perkembangan siswa, gaya kognitifnya, kebiasaan belajarnya, dan sebagainya. Dengan begitu guru akan lebih mudahmenyesuaikan strategi yang yang digunakan dengan profil siswa.
Secara operasional penggunaan strategi mengajar yang sesuai dengan profil/karakteristik siswa dapat dilakukan dengan cara berikut.
a)    Memberi kesempatan pada siswa memilih tujuan-tujuan yang beraneka ragam, yang sesuai dengan tingkat kesulitan,guna merangsang kebutuhan untuk berprestasi
b)   Menggunakan sistem skorsing dan sistem umpan balik terhadap unjuk kerja siswa
c)    Menyajikan pilihan-pilihan yang memungkinkan siswa bekerja bersama teman lainnya.

4.    Menumbuhkan Rasa Yakin Diri Siswa

a.    Menyajikan Prasyrat belajar
Guna menumbuhkan keyakinan pada diri siswa dapat dilakukan dengan membantu siswa memperkirakan atau mengukur kemampuannyauntuk mencapai kesuksesan.
Secara operasional membantu siswa memperkirakan / mengukur kemungkinan suksesnya, menyajikan persyaratan untuk kerja, dan kriteria evaluasi dapat dilakukan dengan cara berikut
a)         Merancang secara jelas dan mudah dipahami struktur isi dan tujuan pembelajaran
b)        Menjelaskan kriteria evaluatif dan memberikan kesempatan untuk latihan dengan umpan balik
c)    Menjelaskan prasyarat-prasyarat pengetahuan, keterampilan dan sikap yang membantu dalam mengerjakan tugas

b.    Memberikan Kesempatan untuk Sukses
Menumbuhkan harapan siswa untuk sukses merupakan salah satu syarat dalam membangkitkan keyakinan pada diri siswa terhadap tugas-tugas pembelajaran. Dengan menyajikan tingkat tantangan yang memungkinkan siswa mendapat penglaman sukses yang bermakna dibawah kondisi dan untuk kerja tertentu.
Penyajian tingkat tantangan memungkinkan siswa mendapat pengalaman sukses dengann cara berikut.
a)         Membuat isi pembelajaran yang bersifat mudah ke sukar
b)        Membuat pembelajaran yang sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan siswa
c)         Memasukkan peristiwa yangbersifat random selama proses pembelajaran

c.    Memberikan Kesempatan Melakukan kontrol Pribadi
Untuk menumbuhkan keyakinan diri pada siswa dilakukan dengan menyajikan umpan balik dan kesempatan untuk mengendalikan atau mengatur kemampuan akan kesuksesannya.
Umpan balik yang dilakukan dapat menggunakan kata-kata atau frasa yang dapat membantu kemampuan dan usaha untuk melakukan atribusi atas kesuksesan yang telah dilakukannya.
BAB III
RANGKUMAN / KESIMPULAN

            Teori elaborasi memprediksikan cara-cara pengorganisasianisi pembelajaran dengan umum ke rinci. Pengurutan isi pembelajaran dari yang bersifat umum ke rinci, dilakukan dengan (1) menampilkan epitome (struktur bidang studi yang dipelajari), dan (2) mengelaborasi bagian-bagian yang ada dalam epitome secara lebih rinci.  Menurut Reigeluth dan Stein, 1983, Degeng, 1989) ada 7 komponen teori elaborasi yaitu (1) urutan elaborasi, (2) urutan prasyarat belajar, (3) rangkuman, (4) sintesis, (5) analogi, (6) pengaktifan strategi kognitif, (7) kontrol belajar.
            Keller (1983: 1987) mengajukan empat jenis strategi pengelolaan motivasional, yaitu (1) strategi pengelolaan motivasional untuk membangkitkan dan mempertahankan perhatian, (2) strategi pengelolaan motivasional untuk menciptakan relevansi terhadap isi pembelajaran, (3) strategi pengelolaan motivasional untuk menumbuhkan keyakinan diri pada siswa, (4) strategi pengelolaan motivasional untuk menumbuhkan rasa puas pada siswa terhadap pembelajaran.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

·         Wena,Made.2013.Stategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer.Bumi
Aksara.Malang.



Baca SelengkapnyaSTRATEGI PENGORGANISASIAN DAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN